Semarang- Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler Dari Rumah (RDR) Angkatan 77 Kelompok 12 Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang mengadakan Webinar Relasi Agama dan Kesehatan melalui platform Zoom Meeting pada Sabtu, (6/11). Webinar yang bertajuk “Strategi Mengatasi Fear of Missing Out (FoMO): Sindrom Sosial Zaman Now” ini menghadirkan Farida selaku Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus sebagai pemateri.
Fajrul Falakh selaku Koordinator KKN Kelompok 12 menjelaskan alasan pemilihan tema terkait FoMO yaitu karena di era digital saat ini, manusia cenderung bermain media sosial secara berlebihan dan tidak bijak yang mengakibatkan kesehatan mental menjadi terganggu. Maka dari itu, perlu adanya pembahasan terkait kesehatan mental.
“Di era digital, kemajuan teknologi semakin pesat, terutama media sosial. Generasi milenial tidak luput dari passion, tren lainnya yang berkembang sangat pesat. Perkembangan tren yang sangat pesat, seringkali sebagai generasi milenial merasa tertinggal. Hal tersebut yang memacu seseorang untuk selalu up to date dengan kehidupan orang lain,” jelas Fajrul.
Muhammad Makmun Abha selaku Dosen Pembimbing Lapangan KKN Kelompok 12 menyatakan bahwa bermedia sosial yang tidak disikapi secara bijak akan mengakibatkan kejiwaan menjadi terganggu. Webinar terkait kesehatan mental merupakan momentum yang tepat untuk berdiskusi.
“Webinar ini merupakan momentum yang tepat untuk diskusi pengetahuan agar bijak dalam bermedia sosial. Bermain media sosial apabila tidak disikapi dengan bijak, maka kejiwaan akan terganggu,” terang Makmun.
Makmun menjelaskan bahwa di dalam al-quran terdapat istilah “Gempa”. Namun, gempa yang dimaksud bukan gempa bumi, melainkan guncangan jiwa.
“Gempa yang dimaksudkan dalam al-quran yaitu guncangan jiwa. Saya pernah mengkaji masalah gempa yang berarti guncangan jiwa. Hal tersebut telah dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 214 dan surah Al-Ahzab ayat 11,” jelas Makmun.
Farida menambahkan bahwa manusia yang tidak dapat mengelola interaksi dengan sesama dapat menyebabkan gempa (red: guncangan jiwa) dapat membuat fokus pikiran terpecah dan cemas.
“Manusia yang tidak mengelola interaksi dengan sesama dapat meyebabkan gempa (red: guncangan jiwa),” tambah Farida.
Fokus webinar pada kali ini yaitu terkait FoMO. Farida menjelaskan bahwa seseorang yang mengalami FoMO ditandai oleh keinginan untuk terus terhubung dengan apa yang orang lain lakukan dan didefinisikan sebagai rasa takut, penyesalan akan interaksi dan pengalaman sosial baru.
“Seseorang yang mengalami FoMO memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih rendah karena terus membandingkan hidupnya dengan orang lain,” jelas Farida.
Ia menjelaskan bahwa FoMO dapat membuat penyakit hati seperti iri. Iri membahayakan untuk diri sendiri saja. Sedangkan untuk penyakit moral membahayakan diri sendiri serta orang lain. Maka dari itu, FoMO harus segera diatasi agar hidup lebih bahagia.
Farida membagikan tips cara mengatasi FoMO sebagai sindrom sosial yang dapat dialami oleh siapa pun. Tips yang dipaparkan diantaranya, fokus pada diri sendiri, membatasi penggunaan media sosial serta gadget, mencari koneksi nyata, dan menghargai diri sendiri.
Farida menambahkan cara mengobati penyakit hati diantaranya membaca Al-quran beserta maknanya, menjalankan salat malam, berkumpul dengan orang salih, menjalankan puasa, serta melakukan dzikir.
Terakhir, Farida memberikan pesan kepada para audiens untuk selalu bersyukur dan jangan menyia-nyiakan hidup.
“Jangan menyia-nyiakan hidup dengan merasa tidak pernah cukup. Nikmatilah momen-momen yang menunggu di depan nanti dan berhenti membandingkan hidup kita dengan orang lain karena semua punya jalannya masing-masing,” tutup Farida.
(KKN RDR-77 Kelompok 12)