Demak – Mahasiswa KKN RDR 77 UIN Walisongo Semarang lakukan kunjungan ke pengasapan ikan Wonosari pada Senin (1/11/2021).
Untuk meningkatkan kualitas pengasapan ikan serta meminimalisir Polusi serta limbah, pada tahun 2010 oleh Pemerintah Kab. Demak melalui program Kementrian kelautan dan perikanan Republik Indonesia, dibangunkan sentra pengasapan ikan terpadu di Jl. Wonosari-Singorejo, Bonang Demak. Ditempat ini para pelaku usaha pengasapan ikan dan nelayan serta pedagang maupun konsumen dengan mudah melakukan transaksi dengan harga yang kompetitif serta kualitas ikan yang segar sehingga dapat meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
Terdapat berbagai jenis ikan segar yang diolah menjadi ikan asap. Diantaranya yaitu ikan manyung, sero, bagong, tongkol, dan pari.
Ikan-ikan tersebut didatangkan dari berbagai daerah seperti Boyolali dan Jakarta.
Dan setelah menjadi ikan asap akan didistribusikan lagi ke daerah lain seperti Semarang, Grobogan, Kudus, Jepara dan lain-lain.
Sunari, seorang pedagang mengungkapkan bahwa setiap harinya bisa mengolah rata-rata sebanyak 2 kwintal ikan segar menjadi ikan asap. “Setelah disetori ikan, ikan akan ditimbang, diiris, ditusuk, lalu dibakar.” Kata Sunari.
Bahan bakar yang digunakan untuk mengasap ikan adalah janggel jagung. “Janggel digunakan karena murah dan mudah di dapat.” Ungkap Budi, salah satu pekerja pengasapan.
Tidak ada waktu pasti berapa lama proses pembakaran ikan, “Yang pasti sampai ikan terlihat kuning dan tidak gosong.” kata Budi.
Harga ikan asap disini bervariasi, tergantung jenis ikannya. “Tongkol sekitar 10.000, paling mahal ikan bagong, sekitar 12.500 – 15.000, paling banyak di asap ikan manyung karena banyak peminatnya.” Imbuh Sunari.
Dalam akhir wawancara Sunari menambahkan karena adanya Pandemi Covid-19 ini omset dari penjualan ikan asap menurun sebanyak 20%.
Penulis : Fitriana Nuril Haqi