Pengalaman Membimbing Mahasiswa KKN Di Desa pelosok Indonesia

Di diary ini saya akan kembali menceritakan pengalaman saya sebagai dosen pengajar ketika membimbing mahasiswa di daerah pelosok terpencil, iyaa mungkin bagi saya sangat luar biasa ketika saya ditunjuk sebagai pembimbing praktek komunitas sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Solo di daerah pelosok. Tepatnya didaerah Simo boyolali didekat Merapi, mungkin namanya familiar kota Boyolali tetapi menurut geografisnya tempat tersebut sangat pelosok dan harus melewati jalan naik turun gunung yang curam.

Disana saya membimbing sejumlah satu angkatan mahasiswa angkatan semester akhir, pada waktu itu saya harus mendampingi mahasiswa untuk acara MMD atau dikenal sebagai musyawarah antara para tokoh desa dan antara mahasiswa. Dalam perjalanan menuju tempat tersebut, saya harus jatuh sakit demam dikarenakan cuaca yang tidak menentu. Dalam perjalanan malam yang gelap gulita disertai hujan, mobil harus melewati hutan belantara yang gelap disertai petir. Tepat pada pkl. 19.30 wib malam akhirnya sampai pada tempat Kepala Desa tersebut dan kita sudah disambut oleh para mahasiswa dan para tokoh desa.

Acara MMD dimulai dengan sambutan dari saya selaku dosen pengajar dilanjut dengan sambutan kepala desa dll. Acara MMD Desa yang semula lancar dan tertib kembali dibuat tegang, dengan beberapa tokoh masyarakat yang menginginkan bahwa mahasiswa yang praktek disini jangan hanya soal kesehatan saja tetapi juga bisa membangun desa. Belum lagi dengan hadirnya beberapa kandidat kepala desa yang ingin mencari simpati dalam acara tersebut. Debat dan penjelasanpun diutarakan dari mahasiswa kepada para tokoh masyarakat tetapi dari beberapa tokoh masyarakat banyak yang belum menerima sehingga debat kembali tegang dengan membawa isu politik dikarenakan didaerah tersebut sebentar lagi juga dilaksanakan pemilihan kepala desa.

Dan pada akhirnya setelah situasi yang memanas, pada akhirnya saya harus turun tangan untuk meredam ketegangan tersebut, dengan nada yang rendah dan secara perlahan-lahan saya mencoba merangkul kepada calon kepala desa bahwa mahasiswa kita disini adalah berfokus pada kesehatan bukan pada sarana fisik seperti membangun gapura dll. Bahwa focus kita disini adalah meningkatkan derajad kesehatan serta menyembuhkan penyakit, karena kesehatan itu adalah anugrah termahal yang banyak orang tidak mengetahuinya, banyak orang yang tidak tahu berapa banyak habis kita menghirup oksigen secara bebas didunia ini. Sedangkan apabila kita harus rawat inap di Rumah Sakit harus membayar beratus-ratus juta untuk biaya perawatan dll, kalau satu liter oksigen di Rumah Sakit seharga Rp.100.000,- yang hanya bisa bertahan 15 menit jadi berapa jumlah yang harus dibayar kita yang menghirup udara bebas dari Allah SWT selama kita hidup didunia ini.

Setelah saya memberikan penjelasan panjang lebar dan pada akhirnya situasi kembali mereda, setelah aspirasi dan kemauan warga kita tampung dan akhirnya acara MMD selesai dengan hasil keputusan “Wine wine solution”, dengan meningkatkan kesehatan para warga dan peningkatan kesadaran warga masyarakat tentang kesehatan secara gratis dari mahasiswa. Ketika kesehatan dicampur adukkan dengan politik pada akhirnya akan menjadi kacau, karena sesungguhnya kehidupan politik adalah sangat berbeda apabila disangkut pautkan dengan kehidupan kesehatan.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *