Walisongo.me – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Mandiri Inisiatif Terprogram Dari Rumah (KKN MIT DR) ke-13 Kelompok 38 Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang ikut serta dalam kegiatan tradisi nyadran di Desa Pringgowijayan.
Kegiatan ini, selain menambah ilmu pengetahuan, juga diharapkan menjadi media interaksi mahasiswa dengan warga sekitar.
Anggota KKN kelompok 38 , Ifad Miqdad, mengatakan “kegiatan ini bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan dan juga menjalin silaturrahim dengan warga serta diharapkan dapat terjalin hubungan yang baik antara masyarakat dengan mahasiswa KKN,” ujar Ifad, Jumat (18/02/2022).
Nyadran adalah serangkaian upacara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, terutama di daerah Jawa Tengah. Nyadran merupakan suatu rangkaian budaya yang berupa pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya berupa kenduri selamatan di makam leluhur.
Di Desa Pringgowijayan, nyadran diadakan setiap tahun pada bulan rajab dihari jumat kliwon. Jika tidak menemui jumat kliwon, maka akan diambil pada hari selasa kliwon.
Dalam tradisinya, nyadran di Desa pringgowijayan selalu menyembelih kambing, dengan di masak 3 macam yakni: letek (Seperti rendang namun menggunakan bumbu khas daerah), gule dan goreng, dan masakan dibagi rata ke semua warga.
Salah seorang warga mengatakan, “kalau dahulu sekali buat sampai 300 porsi, 100 porsi setiap macam masakannya”. Ujar pak Fulan (tidak ingin disebut namanya), Jumat (18/02/22).
Uniknya, dalam pembuatan masakan terdapat ke khasan tersendiri dalam tradisi nyadran yang ada di Desa Pringgowijayan.
“Dalam pembuatan masakannya tidak diincipi (dicoba terlebih dahulu), karena untuk menjaga kebersamaan dan menghindari seperti contoh iki seng masak sopo? Kok anyep, asin, dll? (Ini yang masak siapa? Kok tidak ada rasanya, asin, dll?).” Ujar Pak Fulan, Jumat (18/02/22).
Tradisi nyadran sangat sakral, awalnya nyadran di Desa pringgowijayan masih banyak menggunakan sesembahan/sajen yang lengkap. Namun saat ini sudah mulai berkurang dan mulai ditambahi dengan kegiatan yg sesuai syariat islam seperti tahlil pada malam nyadran.
Ifad Miqdad selaku anggota KKN kelompok 38 mengenai harapan kedepannya “Tradisi nyadran diharapkan selalu dilestarikan dan berkelanjutan, tidak terputus dan ditinggalkan seiring berjalannya zaman. Karena selain untuk menjaga tali silaturrahim, juga untuk menjaga kelestarian adat istiadat yang telah berjalan sehingga generasi yang akan datang juga dapat mengenal tradisi yang begitu indah ini.” Jumat (18/02/22).