UIN Walisongo Online, Manila – Di era revolusi digital dewasa ini, ilmuwan harus lebih sensitive terhadap perubahan. Demikian disampaikan Prof. Musahadi, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang di sela-sela pertemuan Dekan Sains se-Asia yang digelar di Hotel Crimson Filinvest City Filipina. Kegiatan yang berlabel Asian Science Deans Forum (ASDF) 2024 ini dibuka Selasa (9/07/2024) oleh Dr. Lilibeth D. Sabino, Ketua Asian Science Deans Forum 2024 didampingi Dr. Dodjie S. Maestrecampo President & CEO Mapúa University Filipina sebagai tuan rumah. Prof. Seung‐Han Park (Yonsei University South Korea) pendiri Asian Science Deans Forum juga hadir dan mempresentasikan kertas kerjanya pada forum tersebut.
Pada sesi pertama, Prof. Musahadi mengajukan isu penting terkait kesiagaan dan efektifitas perguruan tinggi di Asia dalam mengantisipasi perubahan besar sebagai dampak dari revolusi digital. Penggunaan Artificial Intelligence (AI) secara massif, yakni sistem komputer yang mampu melakukan tugas-tugas kompleks yang sebelumnya hanya dapat dilakukan oleh manusia, seperti penalaran, pengambilan keputusan, atau pemecahan masalah akan melahirkan dampak yang sangat besar dalam dunia akademik.
“Internet beserta produk-produk teknologi ikutannya telah merubah perilaku manusia hampir pada semua aspek kehidupan mereka termasuk cara pandang mereka terhadap dunia kerja. Hal ini memaksa perguruan tinggi untuk merumuskan kembali kurikulum dan strategi pembelajaran termasuk pembelajaran saintek. Bagaimana sains dan teknologi benar-benar berkontribusi pada kemaslahatan dan kelangsungan hidup umat manusia menjadi tantangan penting ke depan,” terang Prof Musahadi.
Isu yang juga didiskusikan pada forum kecil pada ASDF 2024 ini adalah soal kecenderungan menurunnya animo lulusan sekolah untuk belajar sains dasar seperti Matematika, Fisika dan Kimia di perguruan tinggi.
“Ilmu-ilmu sains menjadi fondasi bagi pengembangan dan inovasi teknologi. Cara pandang mereka umumnya kurang positip karena sains dasar ini kurang membuka optimisme pada dunia kerja.” Ujarnya.
Strategi untuk meningkatkan ketertarikan lulusan sekolah untuk belajar sains dasar juga didiskusikan. Tema-tema penting yang serius didiskusikan adalah soal krisis air dan peran sains dan teknologi untuk menghadirkan solusinya, juga soal tantangan dan peluang internasionalisasi dalam pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan.
Keterlibatan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo ini sangat penting karena mempertegas visi menjadi perguruan tinggi berbasis riset, bertaraf internasional berdasar paradigma unity of sciences. Forum ini mengekspresikan prinsip integrasi, kolaborasi, dialektika, prospektif, dan pluralistic dalam pengembangan Pendidikan di bidang sains dan teknologi.
Forum yang mengambil tema Membina Kolaborasi Sains dan Teknologi untuk Keberlanjutan ini merupakan forum tahunan yang mempertemukan Dekan, Wakil Dekan, Direktur, Administrator dan anggota fakultas ilmu sains dan teknologi se-Asia untuk berdiskusi, berbagi pengetahuan dan menciptakan kolaborasi antar rekan-rekan dalam bidang minat mereka. Forum ini akan berlangsung hingga 12 Juli 2024.