Kampung Jawi: Wisata Pengenalan Budaya dan Tradisi

Indonesia memiliki banyak sekali keragaman budaya, salah satunya budaya Jawa. Di zaman modern ini, banyak masyarakat yang sedikit demi sedikıt mulai meninggalkan budaya tradisional dan lebih memilih budaya yang lebih modern. Banyak anak muda di zaman sekarang yang tidak mengetahui kebudayaan asli Indonesia, mereka lebih memilih menggunakan kebudayan yang berasal dari luar daripada kebudayaan asli warisan leluhur sendiri.

Budaya memilıkı arti suatu kebiasaan yang mengandung nilai-nılai yang diwariskan para leluhur untuk dıpelajari dan diestarikan oleh generasi berikutnya. Kebudayaan sendiri dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “Puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kebudayaan di Indonesia dari zaman ke zaman selalu mengalami perubahan, maka dari itu, perlu adanya bimbingan serta pengenalan budaya bagı generasi muda di masa mendatang.

Di Semarang, terdapat suatu perkampungan yang masih melestarikan tradisi dan budaya Jawa. Kampung Jawi-salah satu kampung yang berada di Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, memiliki komitmen yang sangat kuat dalam menjaga dan melestarikan tradisi dan budaya Jawa. Dibuktikan dengan adanya tradisi Karawitan, jemparingan, engklek, tarian, tabuh gamelan dan pentas pewayangan. Selain itu, berbagai budaya seperti adat istiadat, bahasa, hingga kebiasaan juga diajarkan di Kampung Jawi ini. Kampung Jawi yang terletak di Semarang atas ini sudah sangat dikenal luas oleh masyarakat bahkan sampai mancanegara. Selain itu, disana juga menjajakan aneka jajan pasar dengan konsep tradisional Jawa zaman dulu. Mulai dari pecel, es gempol, jamu, wedangan, tiwul, gethuk dan masih banyak lagi. Para penjual disana juga mengenakan pakaian khas adat Jawa, sehingga semakin menambah nostalgia pengunjung merasakan hidup zaman dulu.

Keunikan Kampung Jawi juga terletak pada alat transaksinya yang menggunakan “Kepeng”. Nama kepeng sendiri diambil dari alat transaksi di zaman kerajaan Majapahit. Bentuk kepeng disini berupa balok kayu pipih dengan nilai tukar untuk satu kepengnya senilai Rp. 3000 rupiah.

Siswanto, Penggagas dan kepala Kampung Jawi menjelaskan, adanya Kampung Jawi disebabkan lantaran adanya rasa keprihatinan dan kekhawatiran budaya Jawa sebagai warisan leluhur yang semakin lama semakin luntur. Dari keprihatinan itu lantas terdorong untuk memunculkan budaya Jawa, sehingga terciptalah Kampung Jawi yang dapat dikenal sampai sekarang. Tak hanya mendapat kunjungan dari murid-murid sekolahan saja, Kampung Jawi pun beberapa kali juga mendapat kunjungan mahasiswa luar negeri. Mereka berasal dari Vietnam, Italia, Kanada, India, dan Amerika. Kunjungan mereka tak lain ingin mengenal lebih dekat budaya Jawa. Menurutnya, mahasiswa asing sangat antusias sekali mengenai budaya adat Jawa. Mulai dari adat istiadat, budaya, dan bahasanya.

Siswanto berharap, semoga dengan adanya Kampung Jawi dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan generasi selanjutnya. Ia juga berharap agar para generasi muda tidak mudah terpengaruh oleh budaya luar, selalu menjaga dan tetap berpegang teguh dalam melestarikan budaya Jawa yang diwariskan oleh leluhurnya.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *