Krisis Literasi Menciptakan Hoax Dalam Masyarakat

Derasnya arus informasi saat ini memudahkan siapa saja mengakses dan mempercayai berita melalui berbagai perantara dan media. Berbanding lurus dengan mudahnya akses informasi tersebut disertai dengan peningkatan hoax atau berita bohong. Hal tersebut tidak lain di karenakan krisis literasi masyarakat dalam menerima informasi tanpa memilih dan memilah kefaktualannya.

Seperti dalam kutipan Taufik Ismail tentang krisis literasi bahwa siswa Indonesia tidak membaca dan tidak menulis, siswa Indonesia “rabun membaca dan pincang menulis” atau disebut sebagai “tragedi nol buku.”

Krisis literasi juga sudah saya rasakan terlebih dalam pandemi covid-19 ini, kita kesulitan membaca walaupun banyak waktu luang yang dimiliki. Tingkat kecemasan yang berlebih membuat alam bawah sadar kita susah fokus. Hal ini yang membuat kita lebih memilih untuk menonton drama, membuat tiktok dan hiburan lainnya dibandingkan membaca buku di rumah, perpustakaan digital maupun perpustakaan umum.

Mengutip dari artikel kominfo.go.id bahwa Pakar Informasi Technology (IT) dari Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta Budi Sutedjo mengatakan, persebaran berita hoax (berita bohong), fake news (berita palsu) dan false news ( berita yang salah) bisa di tangkal dengan literasi. Hal itu bisa didapatkan dari memperkaya bacaan dan informasi.

Di dunia yang serba digital ini, harusnya masyarakat mampu menjadikan media massa sebagai teman dekat dengan bersosial dan mendapatkan informasi terkini. Namun di kehidupan nyata masyarakat cenderung mencari pembenaran bukan kebenaran itu sendiri. Hal ini perlu di hentikan, jangan sampai bersambut pada keturunan kita.

Hoax merupakan informasi bohong yang dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang , seperti menimbulkan kecemasan berlebih, stress, takut luar biasa dan mudah marah. Bagi kesehatan fisik seseorang cenderung sulit konsentrasi, susah tidur dan malas beraktifitas. Di lingkungan masyarakat juga membuat relasi sosial merenggang di karenakan saling acuh, saling debat, saling benci dan menimbulkan konflik.

Hoax sangatlah berbahaya karena membuat kerusakan guyup rukun masyarakat. Hoax bisa menimbulkan keresahan bagi yang salah mempercayai dan merugikannya, karena tujuan dari hoax adalah membentuk opini yang salah dan bersifat provokasi.

Untuk mengantisipasi hoax yang sulit dikendalikan, berikut beberapa trik yang dapat dilakukan :

1. Hati-hati dengan judul “kilik-kilik”

Biasanya berita hoax yang di muat dalam portal media sosial menggunakan judul mengelitik atau kilik kilik, misalnya mampu membuat seseorang atau satu golongan merasa tertuding. Isi Berita yang tersebar pun bisa di ambil dari media resmi, namun di beri bumbu pemanis dari sang pembuat hoax.

Dalam hal itu, jika menemui judul “kilik-kilik”, sebaiknya kita mencari referensi berupa berita yang sama dari situs online resmi, supaya kita dapat membandingankannya.

2. Cek Keaslian Foto

Adanya aplikasi perubah wajah seperti faceapp, snapchat, reface dan masih banyak lagi, membuat kita harus selalu waspada dalam membaca berita terkini. Biasanya pembuat hoax mengedit foto untuk mengundang provokasi.

Cara mengecek keaslian foto bisa menggunakan aplikasi google yakni drag and drop ke kolom pencarian google image. Hasil pencarian akan menyajikan gambar yang serupa dan dapat di buat perbandingan.

3. Ikut serta grup diskusi anti hoax

Bukan hanya soal cara menangkal hoax saja yang kita perhatikan namun di era yang serba digital, kita perlu platform yang menampung pertanyaan pertanyaan netizen tentang kebenaran berita yang di baca, di dengar dan di sampaikan. Cara melaporkan berita hoax yang di terima bisa melalui sarana yang tersedia di masing masing media.

Untuk media sosial Facebook dan Instagram, gunakanlah fitur Report Status dan kategorikan hatespeech/harraament/rude/tening. Jika banyak repot yang di lakukakan netizen, biasanya instagram maupun facebook akan menghapus atau memblokir status maupun akun tersebut.

Mafindo (masyarakat anti fitnah Indonesia) dan KEMENKOMINFO juga meluncurkan aplikasi berbasis android, Hoax Buster Tools (HBT) sebagai aplikasi yang dapat memberantas konten konten negatif atau berita hoax yang tersebar luas di masyarakat.Fitur-fiturnya juga menarik salah satunya adalah memiliki kemampuan untuk mencari berita yang hanya di terbitkan media kredible dan terverifikasi Pers.

4. Mengerti tentang literasi medsos

Kita sebagai remaja yang berteknologi perlu mendapatkan bimbingan tetang literasi bermedia. Literasi media berkaitan dengan kemampuan masyarakat yang membaca, mengkritisi, menulusuri serta menulis informasi.

Peran orang tua menjadi penting untuk berkontribusi dalam bermedia sosial bagi anaknya. Literasi medsos bertujuan untuk mendidik anak supaya bijak dalam bermedia.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *