BOYOLALI – Boyolali Utara terima bantuan 1.000 ekor sapi dari Kementerian Pertanian (Kementan) untuk meningkatkan ekonomi masyarakat setempat bukan hanya anggota kelompok saja.
“Di Boyolali ada 5 desa yang menerima bantuan sapi tersebut diantaranya Beji, Kadipaten, Pakang, Kunti, Kedungdowo,” kata Rosyid ketika ditemui di lokasi pondok lembu, Senin (21/2).
Setiap kelompok penerima bantuan disyaratkan memiliki lahan hijauan pakan ternak 20 hektare dan tidak harus lahan kosong tetapi bisa di area kebun. Dia mengatakan, proses bantuan 1000 ekor sapi melalui program korporasi desa sapi Kementerian Pertanian di Kabupaten Boyolali setiap desanya mendapat bagian 200 ekor.
Salah satu lokasi yang dijadikan tempat penerima bantuan sapi yaitu Kelompok Tani Ternak Ngudi Tentrem di Desa Beji sudah hampir sepenuhnya datang. Kandang juga sudah siap menampung 200 ekor sapi dari pemerintah.
“Untuk sapi yang pejantan datangnya bertahap, kadang 20 ekor dulu terus 30 ekor dan selanjutnya. Beda dengan sapi yang betina ini asli dari Australi datangnya langsung sekali 100 ekor,” jelasnya.
Selain sapi, pemerintah juga memberikan bantuan berupa pembuatan kandang, rumah pengolahan kompos, alat pencacah pakan serta pakan konsetrat. Bantuan sapi dan lain sebagaianya tersebut sudah datang sejak Maret 2021 yang lalu.
“Ini dipantau ketat oleh pemerintah selama lima tahun. Jadi setiap bulannya kita harus laporan bagaimana perkembangan ternak sapinya,” ujarnya.
Sapi-sapi tersebut bisa dijual dalam waktu 4 bulan setiba di kendang. Hasil dari penjualan tersebut keuntungannya dibagi rata untuk anggota dan modal dibalikkan lagi ke kelompok yang sudah mendapatkan bantuan sehingga terbentuk korporasi.
Kendala yang saat ini masih belum mendapatkan solusi perkara pembuangan limbah kotoran dan stok pakan yang dibutuhkan setiap harinya untuk 200 ekor sapi. Bantuan tandon biogas dari pemerintah hanya bisa menampung 40 ekor kotoran sapi sedangkan sisa lainnya belum mendapat solusi yang tepat. Perkara makanan rumput hijau juga demikian, dalam satu hari seharusnya bisa menyediakan pakan sebanyak 5 ton, namun hanya tercukupi 2 sampai 3 ton saja setiap harinya.
“Untuk pembuangan limbah sementara kita sewa lahan karena tiap hari mengeluarkan kotoran sedangkan lokasinya yang sulit. Kalau musim kemarau buang ke sawah saja jadi tapi sekarang musim hujan kan karena enggak bisa di sawah juga ada tanaman,” keluhnya.
Saat ini pengolahan biogas sementara hanya dapat digunakan untuk penerangan dan masak di kendang, untuk masyarakat belum bisa menikmati karena belum ada penyaluran selang pralon di setiap rumah warga.
“Yang bisa menikmati baru kendang saja untuk masak nasi, buat teh, kopi soalnya kalua pagi teman-teman kerja jam 7 sampai jam 11 siang terus sarapan,” pungkasnya. [Azka Faila | Kel 27 KKN MIT DR-13]