Dampak Kesehatan Mental Terhadap Sistem Kekebalan Tubuh di Masa Pandemi Covid-19

 

Pandemi Covid 19 yang menyebabkan perubahan besar dalam interaksi antar manusia, membuat banyak orang sulit menyesuaikan diri dengan kondisi di sekitar nya sehingga mulai timbul tanda awal gangguan mental. Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) melaporkan bahwa 64,3% dari 1.522 responden mengalami gangguan Psikologis cemas atau depresi akibat Covid-19. Faktor yang menyebabkan meningkatnya gangguan psikologis masyarakat akibat situasi pandemi covid-19 antara lain:

1. Penetapan kebijakan social distancing yang menyebabkan kondisi tekanan emosional dan perasaan keterasingan karena tidak bisa melakukan aktifitas sosial dengan baik. Survei singkat dan sederhana menggunakan media sosial yang dilakukan selama satu minggu Pada tanggal 23-29 Mei 2020 kepada sekitar 109 orang (18-26 tahun) mengenai “Kesehatan Mental Di masa Pandemi Covid-19”, terdapat 36.7% responden yang merasa keadaan mentalnya lebih buruk sekarang dibandingkan sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Para responden tersebut merasa stres, lelah, cemas atau gelisah, bosan dan lainnya. Alasan mereka merasa seperti itu karena stres mendengarkan berita buruk mengenai penyebaran Covid-19 yang terus bertambah di Indonesia, jenuh karena hanya bisa di rumah dan tidak dapat bertemu dengan orang lain seperti teman-teman, sahabat atau pacar, tugas dan jadwal kuliah yang lebih padat dari sebelumnya.

2. Situasi resesi ekonomi global yang menyebabkan kehilangan pekerjaan atau sumber penghasilan karena perusahaan tempat mereka bekerja pun mengalami krisis, sehingga banyak orang merasa stres karena mereka terancam tidak bisa memenuhi pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari mereka.

3. Kebijakan physical distancing, tanpa disadari menyebabkan gangguan pada kondisi fisik dan psikologis misalkan kelelahan, susah tidur, menjadi malu, murung, merasa tidak berdaya dan tidak berharga, konflik dalam rumah tangga, emosi tidak terkendali bahkan sampai berpikir untuk mengakhiri hidup. Keadaan ini menyebabkan semua orang merasa khawatir berlebihan tertular virus baik terhadap diri sendiri, keluarga dan kerabat lainnya.

Bukti menunjukkan bahwa kesulitan psikososial dan emosi yang negatif dapat mempengaruhi kinerja otak dan melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga lebih rentan terhadap penyakit. Bersikap dan berpikir positif terbukti dapat mengurangi stress. Sikap positif adalah faktor perlindungan terkuat dalam melawan stress, semakin tinggi tingkat sikap positif, maka semakin rendah tingkat stress yang dirasakan. Pemberian dukungan psikososial kepada pasien Covid-19 juga dapat mengurangi tingkatan stress pasien, sehingga memberikan hasil pengobatan yang lebih baik dan penyembuhan luka pun lebih cepat daripada yang tidak diberi dukungan psikososial sama sekali.

Pemenuhan kebutuhan dasar pribadi seperti istirahat yang cukup, pola makan sehat, olahraga rutin juga sangat dibutuhkan. Durasi waktu karantina yang lama merupakan sebuah faktor penurunan kesehatan mental selama pandemi. Mengingat minimnya tenaga kesehatan, bangsa ini harus bersatu dan saling mendukung. Mengajak masyarakat untuk aktif dalam kesehatan publik, akan menciptakan rasa percaya diri dan kekebalan secara serentak dan merata. Tetap terhubung dengan keluarga dan kerabat, memberi dukungan psikososial satu sama lain, khususnya kepada pasien Covid-19 merupakan tindakan yang sangat efektif, daripada merasa terisolasi dan melanggar peraturan social distancing yang telah diterapkan dan yang terpenting adalah tetap tenang.