Kecemasan Berlebih Terhadap Covid-19 dengan Reaksi Psikosomatik Tubuh pada Masyarakat Indonesia

Apa itu Covid-19 ? 

WHO menyampaikan bahwa Covid-19 menjadi nama resmi daripenyakit yang disebabkan oleh virus Corona yang berasal dariWuhan, China. Nama tersebut diberikan Dirjen WHO TedrosAdhanom Ghebreyesus di Jenewa, Swiss pada Selasa, 11 Februari 2020. Singkatan Covid-19 juga memiliki rincian, seperti “co” berarti corona, “vi” mengacu ke virus, “d” untukdiseases, dan 19 merupakan tahun wabah penyakit pertama kali diidentifikasi pada 31 Desember 2019.

Ketika virus corona berkembang dalam skala internasional, kecemasan dan kepanikan semakin meningkat. Kita terus-menerus diberitahu bagaimana cara yang ampuh untukmelindungi diri dari infeksi. Tetapi bagaimana kita tetap amandalam situasi ini dan secara bersamaan memastikan bahwa rasa cemas dan panik tidak mengambil alih dan berkembang menjadigangguan kompulsif obsesif atau panik

Selain itu, wabah virus corona yang masuk ke wilayah Indonesia tentu membuat masyarakat menjadi cemas dan panik. Angkakematian akibat virus corona di Indonesia yang semakin harisemakin bertambah, membuat masyarakat mengalami ketakutan. Bahkan gejala awal Covid-19 hampir mirip dengan flu biasa. Seperti batuk, demam, hingga radang tenggorokan. Karenapandemi ini, banyak masyarakat mengalami kecemasan

Rasa cemas yang muncul pada kondisi seperti saat ini wajarterjadi, terlebih beberapa gejala yang muncul pada orang yang menderita Covid-19 tidak pasti terlihat. Dari rasa cemas ini bisamemicu munculnya rasa atau sugesti tubuh jika diri kitamemiliki gejala Covid-19. Beberapa gejala mirip Covid-19 akanmuncul jika kita merasakan cemas secara berlebihan.

Hal ini diinformasikan oleh Dokter Spesialis Kejiwaan, drAndri, SpKJ,FACLP melalui akun sosial media twitter miliknya. Menurut dokter Andri, kondisi ini wajar dari reaksi psikomatiktubuh. “Masa saat ini ketika kita membaca berita atau ceritatentang gejala virus #corona atau #COVID19 dan tiba2 kitamerasa tenggorokan kita agak gatal, nyeri dan merasa agaksedikit meriang walaupun suhu tubuh normal… ITU WAJAR… Reaksi psikosomatik tubuh saat ini memang terasa.” Lalu, Dokter Andri menegaskan jika kondisi tersebut merupakanreaksi dari pusat rasa cemas atau Amygdala.

“Salah satu yg membuat reaksi ini bisa timbul adalah KECEMASAN kita yang dipicu oleh berita-berita yang terus menerus terkait #COVID19 ini. Amygdala atau pusat rasa cemas sekaligus memori kita jdterlalu aktif bekerja, akhirnya kadang dia tidak sanggupmengatasi kerja berat itu.”

Kemudian, Dokter Andrimenjelaskan jika Amygdala tubuh akan bekerja berlebihan danmembuat kita selalu berada dalam kondisi siaga. “Amygdala ygbekerja berlebihan ini juga mengaktifkan sistem saraf otonomsecara berlebihan, kita jd selalu dalam kondisi FIGHT or FLIGHT atau siaga terus menerus. Ketidakseimbangan ini ygmembuat gejala psikosomatik muncul sbg suatu reaksi untuksiap siaga menghadapi ancaman.” Lebih lanjut, Dokter Andrimenyarankan agar mengurangi dan membatasi informasi terkaitCovid-19 agar menurunkan gejala ini.” Salah satu cara kitauntuk mengurangi gejala psikosomatik akibat amygdala kita ygterlalu aktif ini adalah mengurangi dan membatasi informasiterkait dgn #COVID19 ini. Lakukan hal lain selain browsing, lakukan hobi yg menyenangkan&sebarkan optimisme kita bisalewati semua ini.”

Kecemasan adalah respon yang normal dan perlu dilakukanterhadap ancaman yang pada akhirnya dibuat untuk menjaga kitatetap aman. Respon tersebut menghasilkan serangkaian gejalafisik, seperti jantung berdebar, berkeringat, pusing, dan sulitbernapas yang membuat kita bekerja lebih cepat. Sangatmemungkinkan bahwa wabah virus, bahkan pada tingkatpandemi, akan memicu masalah kesehatan mental pada orang yang belum memilikinya

Ada cara untuk mengurangi gejala fisik dan emosional terkaitdengan kecemasan. Salah satunya adalah berhenti memeriksa. Misalnya, hindari mencari tanda-tanda penyakit dari sosialmedia yang belum pasti validitasnya. Kita mungkin merasakangejala yang tidak berbahaya tetapi membuat kita merasa cemas. Sebagai gantinya, lakukan pemeriksaan yang lebih jarangterhadap sumber-sumber pembaruan informasi yang tidakmemihak pada COVID-19. Ini mungkin termasuk situs web kesehatan nasional daripada berita di media sosial yang memperburuk kecemasan yang tidak perlu. Informasi dapatmeyakinkan jika itu berakar pada fakta.

Mungkin yang terpenting, jangan mengasingkan diri. Hubungansangat penting dalam meningkatkan suasana hati danmemungkinkan gangguan dari kekhawatiran yang mengganggukita. Mengatasi kecemasan dan overthinking di saat-saat sepertiini memang tidak mudah, namun harus terus dicoba. Manfaatkanlah waktumu untuk lebih dekat dengan keluarga danyakinilah bahwa masa kritis ini akan segeraberakhir.#DIRUMAHAJA500DC926-C69E-4071-BBD0-6ED99F736869

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *