Agama dan budaya adalah dua hal yang sangat dekat umumnya di dalam kehidupan masyarakat. Banyak yang salah mengartikan bahwa agama dan kebudayaan adalah kesatuan yang utuh. Tetapi sebenarnya dalam kaidah, agama dan kebudayaan mempunyai kedudukan masing-masing dan tidak dapat disatukan, karena agamalah yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada kebudayaan. Namun keduanya tetap mempunyai hubungan yang erat dalam kehidupan masyarakat.
Agama sebagai pedoman hidup manusia yang diciptakan oleh Tuhan dalam menjalani kehidupan umumnya dalam kalangan masyarakat. Sedangkan kebudayaan sebagai kebiasaan tata cara hidup manusia yang diciptakan oleh manusia itu sendiri dari hasil daya cipta, rasa dan karsanya yang diberikan oleh Tuhan.
Kata “agama” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti prinsip kepercayaan kepada Tuhan. Artinya dari agama inilah kita dapat belajar memelihara atau mengatur hubungan seseorang atau sekelompok orang terhadap realitas tertinggi yaitu Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya agar menjadikan hubungan yang humanis sesama mahkluk hidup.
Sedangkan “budaya” sendiri memiliki arti pikiran, akal budi, adat istiadat. Dapat diartikan bahwa budaya merupakan hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat yang berkembang seiring dengan perkembangan evolusi batin, atupun fisik manusia secara kolektif.
Hubungan manusia dan kekerabatan adalah bagian yang cukup penting dalam kebudayaan manusia karena manusia adalah makhluk sosial. Masyarakat akan bertambah kuat, langgeng, rekat jika ada persamaan dalam agama. Dengan banyaknya kegiatan sakral dalam agama tersebut, maka manusia akan mengurangi kepentingan pribadinya dan larut dalam kepentingan bersama. Hubungan seperti ini dalam sosiologi diistilahkan dengan gameinschaft, hubungan paguyuban tanpa pamrih yang didasarkan kepada kemanusiaan dan keikhlasan.
Seperti contoh dikalangan bangsa Arab jahiliyah, apabila seorang anggota suku membunuh anggota suku lain, dan dimaafkan dari qisas, maka keluarga pembunuh membayar denda, ini bukti solidaritas yang tinggi diantara keluarga pembunuh menanggung malu bersama dengan pembayaran denda.
Didalam sistem mata pencaharian seperti bertani dikalangan masyarakat juga tidak terlepas dari kehidupan beragama dan kepercayaan kepada hal yang ghoib. Ketika masyarakat akan turun kesawah, sebagian masyarakat akan mengadakan ritual seperti sesajen dan ada juga yang berdoa seperti kepercayaan mereka masing-masing. Agama juga mengajarkan bahwa mencari rizqi adalah mencari karunia Tuhan.
Umat agama diperintahkan untuk melakukan usaha produktif. Dalam menjalankan usaha tersebut harus diperhatikan norma halal dan haram. Mengaitkan usaha mencari rizqi dengan tuhan diharapkan memberi tambahan harapan optimis dan supaya tidak melakukan penipuan, perampasan terhadap orang lain, serta menjaga diri hanya untuk mengambil rizqi yang halal.
Namun dalam fenomena sosial umat beragama juga ditemukan penipuan dan pemerasan. Hal ini tentu karena mereka hanya beragama dengan simbol tanpa makna. Beragama sebagai simbol adakalanya untuk kepentingan politik dan kekuasaan, sebagaimana ada pula untuk kepentingan materi dan ekonomi. Selain iman yang lemah untuk memegang prinsip, berbagai pelanggaran juga disebabkan oleh faktor sosial, kecemberuan sosial dan lain sebagainya.
Agama juga mengatur segala masalah khususnya dalam agama islam, mengatur segala masalah dari yang paling kecil semisal bersuci atau buang hajat hingga masalah yang rumit yaitu pembagian harta waris. Sehingga disini diperlukan sebuah kebudayaan agar agama tercermin dengan kebiasaan masyarakat yang mencerminkan masyarakat yang beragama, berkeinginan kuat untuk maju agar dapat membiasakan dalam kegiatan sehari-hari sehingga akan menjadi akhlak yang baik dan menjadi kebudayaan masyarakat tersebut.
Masyarakat agama dan kebudayaan sangat erat berkaitan satu sama lain. Saat budaya atau agama diartikan sesuatu yang terlahir di dunia, yang manusia mau atau tidak mau harus menerima warisan tersebut, maka hal itu akan terasa berat bagi dirinya sendiri. Berbeda ketika sebuah kebudayaan dan agama dinilai sebagai sebuah proses tentunya akan bergerak kedepan menjadi sebuah prinsip, merubah suatu keadaan yang sebelumnya kurang baik menjadi lebih baik lagi dan akan membuat kehidupan bermasyarakat menjadi lebih menjadi harmonis.