Kelompok 45 KKN MIT DR XII UIN Walisongo Semarang Gelar Ngaji Online Bersama KH. Fahmi Amrullah Hadziq

Beragam cara dilakukan oleh mahasiswa KKN MIT DR XII UIN Walisongo Semarang untuk mengisi beragam kegiatan kemasyarakatan. Salah satunya dengan mengadakan kegiatan di daerah masing-masing yang tentunya tetap berkesan dan manfaat bagi masyarakat sekitar.

Hanya saja, kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang biasanya dilaksanakan seratus persen secara tatap muka, kali ini diselenggarakan secara online tidak penuh bertatap muka, dikarenakan saat ini masih dalam kondisi pandemi Covid-19.

Seperti halnya yang dilakukan oleh anggota KKN MIT DR XII kelompok 45 berkolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Tebuireng di Semarang (HIMATIS) yang menggelar ngaji secara online dengan tema “Peran Walisongo Sebagai Tokoh Pemebaharuan Masyarakat” bersama KH. Fahmi Amrullah Hadziq pada Senin, (02 Agustus 2021).

“Harapan kami, dengan adanya kegiatan ini dapat menjadikan alternatif serta langkah awal pembuka cakrawala pengetahuan kita mengenai peran penting Walisongo sebagai tokoh pembaharuan umat Islam sehingga dapat mengamalkan nilai-nilai dakwah Walisongo di masa sekarang”. Ucap ketua panitia, Achmad Mustain.

Tanpa mengurangi rasa semangat untuk menambah ilmu baru mengenai peran Walisongo khususnya dalam berdakwah di tanah Jawa, banyak partisipan yang ikut serta dalam kegiatan Ngaji Online tersebut. Mulai dari kalangan santri, mahasiswa, hingga masyarakat.

Dalam pembahasan Ngaji Online tersebut, KH. Fahmi Amrullah Hadziq menjelaskan  bahwasannya banyak metode-metode yang dilakukan untuk berdakwah, seperti halnya dakwah yang dilakukan oleh para Walisongo, yakni dakwah melalui perdagangan, pendidikan, politik, seni, hingga kegiatan sosial yang secara perlahan dimasuki tuntunan nilai bernuansa islami dan tidak menggunakan cara kekerasan.

“Dakwah itu dilakukan dengan bilmau’izah al-hasanah yang berarti dengan cara baik, seperti memberi pengajaran, nasihat, serta teladan yang positif. Juga dilakukan dengan ramah bukan marah, dengan merangkul bukan memukul, dan tentunya diiringi dengan sopan dan santun.” Ungkap KH. Fahmi Amrullah Hadziq ditengah penyampaian substansinya.

Beliau juga berpesan kepada para teman-teman peserta diskusi agar di masa sekarang ini ketika ingin berdakwah, sebisa mungkin meniru serta mengimplementasikan metode dakwah yang telah dicontohkan oleh para Walisongo, sehingga harapannya dapat membuat kalangan masyarakat terlirik dan tertarik dengan agama Islam.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *