Podcast Kesetaraan Gender dengan tema “ Peranan Laki-laki dalam mencapai Kesetaraan Gender

Keserataan Gender merupakan anggapan terhadap semua orang pada kedudukanyang sama dan sejajar atau adil, baik itu laki-laki maupun perempuan. Dengan mempunyai kedudukan yang sama, maka setiap invididu mempunyai hak-hak yang sama, menghargai fungsi dan tugas masing-masing, sehingga tidak ada salah satu pihak mereka berkuaa, merasa lebih baik atau lebih tinggi kedudukannya dari pihak lainnya.

Pada podcast yang berjudul Peranan Laki-laki dalam mencapai Kesetaraan Gender yang di laksanakan pada tanggal 8 November 2021 secara online oleh kelompok 129 KKN RDR 77 UIN Walisongo Semarang dengan Narasumber Tri Susilowati (Koordinator Biro Perempuan PMII FISIP UIN Walisongo Semarang 2020/2021). Dalam menanggapai kasus yang banyak terjadi antara peranan laki-laki untuk mencapai kesetaraan gender ada beberapa pertanyaan yang sudah di rangkum untuk dijelaskan.

Untuk pertanyaan yang pertama yaitu, apa yang harus dilakukan perempuan agar bisa setara dengan laki-laki? Kesetaraan gender bukan perkara tentang laki-laki dan perempuan mereka bersaiang tetapi untuk memperjuangkan hak kemanusiaan dimana perempuan hanya ingin mendapatkan hak yang sama seperti laki-laki. Cara untuk mencapai kesetaraan gender dengan meningkatkan kualitas dirinya dan terus belajar, dan kembali lagi bahwa budaya patriaki di indonesia sudah cukup kental. Maka dengan adanya kesetaraan gender itu perlu dukungan dari laki-laki itu sendiri karena kita tahu ada beberapa laki-laki yang merasa tersaingi jika ada perempuan yang lebih baik darinya. Maka disini agar menjadi kesetaran perlu adanya dukungan. Kedua, Bagaimana membangun kesadaran bahwa perempuan juga bisa melakukan kegiatan selain menjadi ibu rumah tangga? Perlu digaris bawahi bahwa untuk menjadi ibu rumah tangga bukan hal yang rendah dan juga mudah. Memilih menjadi wanita karir atau ibu rumah tangga itu sama-sama hebat. Perlu diketahui juga untuk menjadi ibu rumah tangga membutuhkan mental yang kuat dan juga ilmu yang cukup untuk mendidik anak-anaknya. Perlu diketahui juga ibu adalah madarasah pertama bagi anak-anaknya. Untuk membangun kesedaran bahwa perempuan juga bisa melakukan kegiatan selain rumah tangga memerlukan kesepakatan bersama didalam keluarganya dan dukungan dari suaminya karena kita tahu kegiatan IRT tidak ada habisnya dari pagi sampai malam seperti mempersiapkan makan, membersihkan rumah, menyaipkan baju anak-anak, dan lain sebaginya. Ketiga, Bagaimana jika kita melihat fenomena pertukaran peran dalam rumah tangga, dimana sang ibu yang mencari nafkah dan ayah menjadi stay-at home dad? Fenomena seperti ini kembali lagi ke kesepakatan rumah tangga mereka, karena didalam rumah tangga pasti terdapat kesepakatan. Setiap rumah tangga mempunyai kesepakatan yang berbeda-beda. Memang tanggung jawab mencari nafkah itu ada di seoarang ayah. Namun bisa dilihat fenomena sekarang ini banyak  wanita yang memilih menjadi wanita karir dibandingkan menjadi ibu rumah tangga. Ke-empat, Bagaimana cara yang tepat untuk menyampaikan kepada masyarakat umum agar tidak mendeskriminasi perempuan yang dipandang kurang kompeten dibidang yang saat ini kebanyakan dikendalikan oleh laki-laki ? lebih ditanamkan kepada diri kita sendiri, kita harus paham bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hakyang sama dalam hal apapun itu atau dalam bidang apapun itu. Jika sudah tanamkan itu pada diri kalian kemudian kita memberikan masukan saran ataupun nasehat kepada keluarga kita terlebih dahulu. Karena kita tahu budaya patriaki di indonesia masih begitu kental jadi tanamkan sejak kecil itu ntah dalam hal mainan ataupun pakaian sudah dibeda-bedakan seperti, mainan perempuan itu boneka yang laki-laki itu mobil-mobilan atau tembak-tembakan, dalam hal mainan pun sejak kecil sudah dibeda-bedakan.  Agar masyarakat umum itu mereka tidak mendeskriminasikan wanita tu dengan cara harus didik sejak dini bagaimana bisa memiliki sifat bahwa manusia memiliki hak yang sama entah itu laki2 ataupun perempuan. Tanamkan pada diri sendiri dan keluarga dan baru masyarakat. Kelima, Kesetaraan Gender tidak memandang kekuatan fisik, namun kekuatan fisik dianggap lebih unggul  dari apapun, sebagai wanita bagaimana cara yang tepat untuk menanggapi fenomena tersebut? Sedangkan kita semua tau bahwa wanita dianggap lebih lemah kekuatan fisiknya dibandingkan laki-laki !. menurut saya fokus dulu pada diri kita sendiri dengan meningkatkan kualitas diri misalnya dengan berpendidikan tinggi,mengikuti seminar2, mengikuti kursus ataupun kegiatan lain yang mampu untuk meningkatkan kualitas diri kita. Nah apabila wanita tidak mampu atau kalah dalam hal fisik setidaknya wanita mampu setara dalam hal fikiran atau isi otak. Ke-enam, sebagaimana kita tahu, laki-laki identik dengan tulang punggung keluarga/pencari nafkah. Apakah kita bisa menormalisasikan jika peran pencari nafkah dalam keluarga digantikan oleh perempuan? Bukan untuk menormalisasikan namun dengan catatan, memang didalam rumah tangga mempunyai kesepakatan. Yang mencari nafkah istri dan suami dirumah atau memang sisuami sakit keras atau sudah tidak mampu mencari nafkah. Dengan kesepakatan juga memang wanita mampu  atau sanggup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Karena kita tahu didalam rumah tangga bukan tentang aku dan kamu namun tentang bagaimana kebutuhan rumah tangga itu terpenuhi. Ketujuh, dewasa ini banyak aktifis terutama dari kalangan feminis yang menuntut tentang kesetaraan gender, sebenarnya kesetaraan yang bagaimana yang mereka tuntut sedangkan setara atau tidak selalu pantas dan tidak selalu proposional? Menurut pemateri setara itu sama, jadi bukan lebih tinggi atau rendah karena kita tau bahwa kesetaraan gender di indonesia belum berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan yang mana contohnya yaitu dalam soal berpendapat yang selalu diutamakan itu laki-laki kemudian soal pemimpin di indonesia bisa kita lihat presiden perempuan di indonesia hanya satu. Kemudian dalam hal kecilnya di rumah saja, terkadang orang tua lebih memilih meminta pendapat anak laki-laki dari pada anak perempuan padahal anak perempuan dan laki2 sama2 mempunyai potensi tentang hal itu, kemudian dalam hal pemilihan ketua kelas dan lain sebaginya. Nah dalam ketidaksetaraan ini juga terjadi dalam hal pendidikan, pekerjaan, gaji,  ataupun bidang lainnya yang terlihat jelas bagaimana ketidak setaraan bagi perempuan itu sendiri. Kedelapan,  kebanyakan laki-laki menginginkan anak dari sebuah pernikahan. Namun belakangan ini ada tren childfree di kalangan milenial yang umumnya berasal dari pihak perempuan. Bagaimana tanggapan Anda mengenai hal tersebut? Menurut pemateri disini kita harus saling menghargai pendapat orang lain atau dari kedua pihak untuk menuju jenjang yang lebih serius. Tidak ada rasa keterpaksaan satu sama lain untuk menuju visi misi yang sama dan sudah semestinya semua orang dalam sebuah pernikahan menginginkan anak. Sebelum adanya pernikahan pastinya sudah mempunyai planing untuk kedepannya sehingga tidak ada kata childfree maka disini kuncinya saling menghargai satu sama lain. Kesembilan, tipe laki-laki seperti apa yang cocok dan baik dalam upaya untuk mencapai kesetaraan gender? Menurut pemateri laki laki yang cocok untuk mencapai kesetaraa gender yaitu laki-laki yang paham tentangan kesetaraan gender itu apa, yang bisa membimbing menuju yang lebih baik, yang bisa diajak kerjasama dalam hal apapun, dan yang rerpenting mengerti tentang hak-hak wanita. Kesepuluh, bagaimana cara menumbuhkan kepercayaan diri seorang perempuan untuk memulai dan berusaha untuk lebih unggul dalam pekerjaan di bidang yang disukainya, sama-sama kita ketahui ada sebagian perempuan krisis kepercayaan diri padahal mempunyai potensi? Menurut pemateri, harus membangun pola pikir yang positif, kenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Adapun langkah-langkahnya : 1. Wanita terkadang merasa kurang atau berlebihan, padahal disitu kita harus berusaha dari awal tidak bisa langsung instan 2. Memikirkan hal-hal yang positif dan terus maju kedepan 3. Lingkungan, salah satunya dilingkungan pertemanan dan masyarakat yaitu harus yang posifit agar tidak terjeeumus dan terus berfikir yang positif. 4. Lingkungan keluarga juga sangat berpengaruh. Karena dalam hidup ini itu tidak semuanya baik dan yang buruk tidak semuanya buruk. Jadi butuh suport dari lingkungan yang terutama keluarga karena boleh diketahui bahwa wanita itu kadang merasa malu baru memulai pekerjaan kadang malu terus berhenti. Maka yang perlu dilakukan harus beelefikir positif dan yakin pada diri sendiri. Kesebelas, bagaimana cara dan langkah-langkah konkret untuk mengedukasi pekerja perempuan mengenai hak-haknya sebagai pekerja perempuan di tengah pandemic Covid-19 dan resesi ekonomi global saat ini? Menurut pemateri dengan memberikan edukasi terus menerus dengan cara secara langsung atau secara online dengan begitu perempuan paham betul apa hak-haknya dan perempuan paham apa yang harus dilakukan. Ke Duabelas, apa yang menjadi tolak ukur dalam kesetaraan gender? Menurut pemateri, tolak ukurnya itu kesamaan hak tersebut. Dalam islam bahwa laki-laki dan perempuan itu sama sama sempurna yang beda itu ketaqwaan dan juga keimanannya. Disini laki-laki dan perempuan memiliki banyak potensi dan kemampuan yang hampir sama, sama-sama bisa bekerja dan lainnya. Ketigabelas, bagimana konsep kesetaraan gender dalam Islam? Menurut pamateri, dalam islam sendiri laki-laki dan perempuan itu sama dihadapan Allah SWT dimana keduanya sama-sama sempurna, yang membedakan hanya ketaqwaan dan keimanan. Di dalam ayat-ayat al-quran maupun sunnahnya membahas mengenai kesetaraan gender yang terkandung nilai-nilai universal yang menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia dulu, sekarang, dan nantinya nilai tersebut nilai kemanusiaan, keadilan, kemerdekaan dan kesejahteraan. Jadi disini laki-laki dan perempuan itu sama sama sempurna tidak ada yang berbeda. Keempatbelas, apa yang harus dilakukan jika seseorang perempuan mengambil alih peran pemimpin keluarga (masih status pernikahan tidak bercerai). Sedangkan dalam islam dijelaskan bahwa pernikahan yang memimpin seorang laki-laki? Menurut pemateri, jika peran laki-laki dikerjakan perempuan dan sebaliknya itu boleh saja karena di dalam kehidupan rumah tangga itu memiliki prinsip saling tolong menolong, namun seorang istri tidak boleh semena-mena dan laki-laki tidak boleh seenaknya. Disini seorang istri tidak boleh merasa dirinya pemimpin gitu dalam rumah tangga yang menjadi pemimpin tetap suami. Jadi disini dalam rumah tangga tetap harus miliki prinsip dan harus memiliki tujuan yang sama, dan disini perempuan jika ingin keluar atau bekerja harus seijin suami, jadi disini tetap suami yang berperan menjadi pemimpin tetapi jika istri ingin membatu boleh-boleh saja. (Kel129/fia)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *