Pada era globalisasi saat ini memungkinkan terjadinya perubahan dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat. Perubahan ini disebabkan oleh adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masyarakat. Dampak perkembangan iptek ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam kehidupan masyarakat berupa penurunan nilai-nilai budaya Jawa. Penurunan nilai budaya Jawa ini didorong oleh beberapa faktor salah satunya yaitu adanya kontak dengan kebudayaan lain. Bentuk penurunan nilai budaya ini dapat ditemui pada kota-kota besar di Indonesia salah satunya di Kota Semarang.
Kota semarang Jawa Tengah di mata masyarakat luas memang telah terkenal ragam wisatanya. Dengan daya Tarik wisata yang nyaman maupun kulinernya yang enak kota semarang selalu ramai dengan wisatawan. Salah satu sasaran para wisatwan tentu menginginkan objek wisata yang bernuansa desa dengan membawa suasana nyaman didalamnya. Kampung jawi merupakan salah satu desa yang berlokasi di Kota Semarang, Kecamatan gunungpati lebih tepatnya di kelurahan Sukorejo jalan Kalialang Lama, RT 02 RW 01 ini kerap dikenal oleh sebagian besar masyarakat sebagai kampung kuliner. Sebelum kampung jawi terkenal seperti saat ini pada awal mulanya hanya sebuah perkampungan kecil di plosok desa.
Pembentukan Kampung Jawi didasarkan atas gagasan masyarakat sehingga menimbulkan berbagai bentuk reaksi dari masyarakat yang berpengaruh terhadap partisipasi yang dilakukan. Permasalahan dalam artikel ini yaitu bagaimana upaya yang dilakukan masyarakat dalam mengembangkan Kampung Jawi sebagai salah satu destinasi wisata di Kota Semarang. Kata jawi sendiri memiliki arti “jiwa budi pekerti dari dalam manusia”. Konsep yang diusung oleh Kampung Jawi sebagai kampung tematik adalah kampung wisata. Sebagai sebuah kampung wisata tentu memiliki daya tarik untuk menarik minat pengunjung datang ke Kampung Jawi. Potensi yang menjadi daya tarik wisata Kampung Jawi tidak terlepas dari tema yang mereka angkat yaitu kebudayaan Jawa. Dalam hal ini atraksi wisata yang dihadirkan oleh Kampung Jawi berupa kesenian gamelan, tari reog jathilan, permainan tradisional, dan kuliner tradisional Jawa. Segala bentuk kegiatan wisata yang dilakukan oleh Kampung Jawi berasal atas ide masyarakatnya itu sendiri. Dana yang digunakan untuk segala kegiatan wisata juga berasal dari swadaya masyarakat. Pemerintah Kota Semarang menginginkan adanya kesadaran masyarakat untuk mengelola dan mengembangkan wilayahnya sebagai salah satu destinasi wisata.
Saat masuk ke Kampung Jawi, pengunjung langsung disuguhi suasana tempat makan dengan bangunan dari bambu dan kayu. Meja kursi untuk pengunjung sengaja dibuat sederhana khas desa zaman dulu. Kuliner yang dijual mayoritas tradisional seperti Pecel, Tiwul, Gethuk, Lunpia, Jamu Jun, es Gempol, Wedang Roti, dawet ireng dan masih banyak lagi. Tempat makan ini dibuka mulai pukul 17.00 WIB. Semakin malam, suasana semakin asyik dengan lampu kuning yang memenangkan. Sesekali juga terdengar ada semacam pembawa acara memberikan pengumuman dan mengingatkan protokol kesehatan lewat pengeras suara dengan bahas Jawa.
Destinasi kampung jawi ini memberi pengalaman berbeda kepada pengunjung, khususnya bagi mereka yang sangat menyukai budaya Jawa. Tengok saja sentuhan Jawa tempo dulu yang menghiasi setiap sudut di Kampung Jawi. Beberapa perabotan bernuansa etnik seperti lampu senter, obor, gubuk stand makanan, meja dan kursi kayu serta alunan musik angklung menjadi atmosfer yang menghiasi tempat nongkrong unik ini.
Nuansa tradisional dan etnik memang sengaja dibangun oleh pengelola kampung Jawi untuk membuat pengunjung bernostalgia dengan suasana tempo dulu. Tak heran jika Kampung Jawi tak pernah sepi oleh pengunjung terutama di saat weekend. Seolah tak ingin main-main, konsep tradisional ini juga berlaku bagi pedagang di Kampung Jawi yang melayani pengunjung. Beberapa penjual sengaja mengenakan pakaian khas Jawa seperti batik jarik lengkap dengan ikat kepala maupun blangkon yang menjadi ikon Kampung Jawi. Pantas saja dengan suasana tradisional Jawanya yang kental membuat Kampung Jawi mendapatkan penghargaan Trisakti Tourism Award dari DPP PDI Perjuangan Kategori Desa Wisata Kuliner.