Pada hakikatnya dakwah merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menyeru manusia ke arah yang lebih baik dengan cara yang baik pula. Dakwah merupakan kegiatan amar ma’ruf nahi mungkar yang mampu mengantarkan umatnya pada posisi umatan wasatha dan khairu ummah, yang berangkat dari landasan dan tolak ukur iman sepenuhnya kepada Allah dalam menjalani seluruh aspek kehidupan. Amar ma’ruf nahi mungkar adalah menyebarkan dan mengembangkan ma’ruf seluas-luasnya serta memusnahkan segala bentuk kemunkaran, sehingga nilai inti ajaran dakwah dengan konsep amar ma’ruf nahi mungkar dianggap penting, karena dapat menjadikan tatanan kehidupan yang lebih teratur sesuai dengan ketentuan syariat dan tuntunan Allah. Dakwah menjadi kebutuhan bagi setiap orang khususnya umat Islam. Dakwah juga merupakan sebuah proses agar seorang muslim mendapatkan kebaikan hidup serta kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.
Hadirnya wabah berupa pandemi covid-19 yang masih terus terjadi dan belum menunjukan adanya tanda-tanda akan segera berakhir, menjadikan seluruh kegiatan menjadi terbatas baik itu ruang gerak, maupun perkumpulan secara langsung, termasuk dalam kegiatan dakwah. Berdakwah yang semula dilakukan melalui tatap muka (face to face) mengalami perubahan secara drastis. Seharusnya kondisi ini menjadi sebuah tantangan dan tidak menghalangi gerakan dakwah, justru sebaliknya, para da’i harus merasa lebih tertantang untuk lebih kreatif dan lebih berinovasi dalam meyajikan pesan dakwah.
Beberapa prinsip dalam berdakwah yang harus diperhatikan diantaranya:
Pertama, hendaknya berdakwah menyesuaikan materi kepada mad’u (pendengar) dengan selalu menyampaikan materi yang mengandung kebaikan atau al-‘adl. Ketika konteknya masa pandemic, maka adil bisa dimaknai dengan kebaikan berdakwah yang dilakukan di rumah atau ditempat masing-masing yang disampaikan secara daring melalui media masa, dengan tetap tersampaikan materi dakwah dengan baik.
Kedua, prinsip At-tasāmuḥ (toleransi) hal ini menunjukan bahwa dakwah tidak hanya ditujukan hanya kepada orang Islam saja, namun dakwah juga dapat dilakukan dengan seluruh masyarakat dengan membawa nilai-nilai ketuhanan dan kesahajaan.
Ketiga, prinsip At-tawazun (keseimbangan), hal ini dimaknai dengan ajakan dakwah berorientasi kepada keserasian dan keselarasan dalam menyampaikan pesan-pesan yang dibawakannya, menghindari ekslusifitas serta diskriminatif.
Keempat adalah At-taharum (kasih sayang), dakwah ditunjukan dengan sifat yang rahmah, yaitu mencintai kepada sekalian umat sebagaimana mencintai diri sendiri.
Hal Hal Yang harus diperhatikan dalam Berdakwah pada Masa pandemic Covid -19 :
- Da’i dengan Ilmu Pengetahuan yang Mumpuni baik Konten maupun Metode
Dalam berdakwah Da’i yang mumpuni merupakan salah satu faktor penting tersampaikannya pesan dakwah. Pada masa sekarang ini Da’i harus bisa memanfaatkan kemajuan teknologi dan komunikasi, sehingga kegiatan dakwah compatible dengan perubahan dengan cara berdialektika dengan teknologi,modernisasi dan globalisasi.
Seorang Da’I juga dituntut harus adaptif menggunakan software atau perangkat lunak teknologi, seperti aplikasi Alquran dan hadis, aplikasi kitab digital, blog, e-mail, internet, media sosial, teleconference, zoom, google meet, dan lain sebagainya. Kemampuan lain yang harus dimiliki seorang da’i adalah bersikap terbuka dengan segala bentuk perubahan yang positif dan senantiasa terus meng up grade softs skill nya sesuai kemajuan zaman. Diantara softs skill yang perlu dimiliki oleh seorang da’i diantaranya: kemampuan mengoperasikan perangkat keras (hardware) seperti komputer, laptop, notebook, projector, smartphone, dan lain sebagainya. Selain melakukan dakwah secara digital dan verbal, harus diasah juga kemampuan berdakwah melalui tulisan, sehingga seorang da’i harus mampu menguasai ilmu komunikasi dan kemahiran dalam menulis, serta wawasan yang luas tentang dunia kontemporer dengan segala bentuk perubahannya.
- Menyajikan Data Base
Berdakwah dengan menggunakan teknologi terkini yang lebih komunikatif dan adaptif dengan perubahan digitalisasi informasi dan komunikasi, solusinya dengan melakukan koordinasi serta konsolidasi antara lembaga dakwah guna menyediakan sebuah laboratorium untuk dakwah yang menyajikan berbagai data base tentang materi dakwah dan khalayak umum. Hal berikutnya yang harus dipersiapkan seorang da’i adalah dapat mengarahkan mad’u nya dalam mengolah, menyimpan, menerima, dan menyampaikan informasi terkait dakwah yang disampaikan.
Dengan memanfatkan kemajuan teknologi digital, dan media sosial baik dalam bentuk komunikasi maupun informasi, maka dapat dijadikan sebuah pilihan oleh da’i dalam menyampaikan dakwah di masa pandemi. Pandemi kini menjadi alasan untuk da’i dalam tantangan untuk lebih adaptif, kreatif dan inovatif serta memanfaatkan media sebagai peluang untuk melakukan kegiatan dakwah secara berkesinambungan, sehingga lebih bersinergi dalam perubahan yang positif, serta menjadi tonggak awal kebangkitan dakwah Islam memasuki era revolusi industri 4.0, tentunya dalam menyiarkan ajaran Islam kepada masyarakat luas. Hal lainya yang didapatkan dari perubahan ini adalah kegiatan dakwah bisa lebih menjangkau mad’u dengan lebih banyak dan efektif tanpa terbatas oleh ruang, waktu, dan kondisi. Sehingga tujuan utama dakwah untuk membantu manusia melaksanakan syariat Allah dengan amar ma’ruf nahi munkar akan tercapai dengan baik dan maksimal. Eksistensi dakwah dimasa pandemi merupakan paradigma baru dalam melakukan kegiatan aktivitas dakwah, hal ini dimaksudkan untuk bisa beradaptasi dengan paradigma lama yang sudah tidak relevan dan out of date. Beberapa pembaruan yang mesti dilakukan diantaranya terkait konsep dakwah, kegiatan dakwah, perluasan dan penguatan jangkuan dakwah, pemanfaatan teknologi dan informasi, serta metode dakwah yang seperti apa yang tepat digunakan dalam masa pandemi ini, sehingga akan mengukuhkan eksistensi dakwah dan sekaligus menjawab problematika dakwah di masa pandemi covid-19.