Pada akhir tahun 2019 negara Indonesia dikejutkan adanya virus yang meresahkan rakyat Indonesia yaitu virus covid 19 yang makin lama semakin menyebar ke berbagai kota di Indonesia. Virus covid 19 dapat menularkan melalui kontak langsung dengan seseorang yang terpapar penyakit covid 19 melalui hembusan nafas, bersin, batuk dan bersentuhan atau menyentuh benda yang sudah terlebih dahulu disentuh oleh seseorang yang terpapar covid 19, kemudian memegang area wajah, virus ini dapat hidup dipermukaan dengan batas waktu akan tetapi dapat mati jika terkena disinfektan. Data kasus positif covid 19 di hari kedua bulan September 2020 bertambah sebanyak 3.075 jiwa ehingga total kasus positif menjadi 180.646 jiwa. Lebih lanjut, Satuan Tugas Penanganan COVID-19 di Indonesia melaporkan terjadi penambahan 1.914 jiwa untuk kasus sembuh. Sehingga totalnya menjadi 129.971 (Eka Prawira,2020) Pemerintah Indonesia menghimbau masyarakat untuk menerapakan social distancing dan physical distancing.
Di Indonesia pemerintah sudah engupayakan dengan berbagai cara antara lain : (1) Isolasi diri bagi warganya yang diduga terjangkit covid-19, (2) Physical distancing yang artinya menjaga jarak antar seseorang, (3) Membatasi perjalanan nasional atau internasional, (4) Larangan untuk berkumpul atau berkerumun, (5) Penutupan toko — toko, restoran, ruang publik, hingga sekolah (C.-A. Indonesia & Indonesia, 2020) sehingga semua aktivitas dilakukan di rumah mulai dari belajar, bekerja, dan beribadah sesuai dengan himbauan bapak Presiden Joko Widodo pada 15 maret 2020 (Dewayani, 2020). Pandemi covid 19 berdampak pada bidang pendidikkan yaitu pembelajaran tidak diberbolehkan tatap muka di sekolah melainkan dilakukan dirumah. Sehingga aktifitas belajar dan mengajar dilakukan melalui daring atau pembelajaran online dari rumah menggunakan teknologi.
Pembelajaran daring yaitu penyelenggaraan kelas pembelajaran dalam jaringan untuk menjangkau kelompok target yang massif dan luas, sehingga pembelajaran daring dapat diselenggarakan dimana saja serta diikuti secara gratis maupun berbayar (Bilfaqih & Qomarudin, 2015). Selama pandemi covid-19 berlangsung, pembelajaran secara daring telah dilakukan hampir diseluruh penjuru dunia, namun sejauh ini pembelajaran dengan sistem daring belum pernah dilakukan secara serentak (Sun et al., 2020). Penerapan pembatasan sosial skala besar oleh pemerintah Indonesia telah berdampak rutinitas masyarakat dan siswa dalam sistem pembelajaran.
School From Home adalah program yang memindahkan proses pembelajaran dari sekolah ke rumah. Berdasarkan instruksi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sekolah untuk mengatur pembelajaran online memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa tanpa dibebani tuntutan untuk mencapai semua persyaratan kurikulum. Dalam hal ini, SFH mempertimbangkan kesehatan dan keselamatan siswa, pendidik, tenaga kependidikan, dan masyarakat (Rasmitadila et al., 2020). Orang tua dituntut untuk mampu membimbing anak belajar dari rumah dan mampu menggantikan guru disekolah, sehingga peran orang tua dalam tercapainya tujuan pembelajaran daring dan membimbing anak selama belajar dirumah (Wardani & Ayriza, 2020) Kegiatan belajar di era New Normal masih dilaksanakan dengan pembelajaran online,itu dilakukan untuk keselamatan semua siswa. Ada perubahan konteks kegiatan yang terjadi di era normal baru itu.
Teknologi canggih dalam pembelajaran dengan maksimal, Sinergi antara teknisi, siswa dan orang tua di kegiatan belajar dari rumah, guru, siswa, dan orang tua harus mahir menggunakan teknologi; guru dan orang tua menjadi lebih kreatif membuat konten yang menarik dan bermakna dan kegiatan belajar untuk anak-anak; kembalikan peran utama keluarga sebagai orang tua sebagai pendidik utama bagi anak; kedekatan antara anak dan orang tua pun begitu lebih kuat (Hignasari, 2020). Pembelajaran daring dilakukan seluruh jenjang pendidikan dari mulai siswa Paud sampai dengan Mahasiswa.
Dengan adanya kebijakan pememerintah untuk belajar secara online atau daring, maka anak-anak ditaman kanak-kanak melakukan pembelajaran dirumah bersama ibu atau anggota keluarga yang lain, sehingga anak-anak tidak dapat bertemu dengan teman sekelasnya yang hampir setiap hari pertemu untuk bersosialisasi satu dengan yang lainnya. Salah satu peraturan dari pemerintah adalah untuk menjalankan karantina mandiri atau tidak berpergian jika tidak penting. Tapi jika semua kegiatan hanya dilakukan dirumah saja, juga akan bisa berdampak menimbulkan Psikosomatis, yaitu gangguan fisik yang disebabkan oleh faktor kejiwaan dan tumpukan emosi yang dapat menimbulkan guncangan dalam diri seseorang dimasyarakat, seperti kecemasan, stress, lingkungan sosial yang banyak memempengaruhi pikiran negatif, seperti karena berita hoax dan lain sebagainnya. (Fadlilah,0220). Perkembangan awal anak dipengaruhi oleh beberapa konteks sosial dan budaya yang termasuk eluarga, pengaturan pendidikan, masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas. Perkembangan mencerminkan pengaruh dari sejumlah sistem lingkungan keluarga dan keluarga termasuk dalam sistem mikrosistem yaitu lingkungan tempat tinggal hidup. Konteks ini meliputi keluarga, teman sebaya, sekolah, dan lingkungan sekitar, yang didalam mikrosistem inilah terjadi interaksi yang paling langsung dengan orang orang sosial misalnya dengan orangtua, guru, dan teman sebaya. Anak-anak yang mengikuti pembelajaran di sekolah secara langsung secara signifikan juga lebih baik dalam melakukan interaksi sosial, dan lebih matang secara emosional. Hal ini karena ketika anak-anak melakukan pembelajaran di sekolah, anak-anak akan sering melakukan interaksi secara langsung dengan guru dan juga teman-temannya, sehingga akan menstimulasi perkembangan sosial emosionalnya (McDonald et al., 2018).
Namun dilapangan saat ini diharuskan untuk belajar melalui pembelajaran daring dengan kondisi lapangan menunjukan bahwa pembelajaran daring berdampak perilaku sosial emosional anak yaitu anak kurang bersikap kooperatif karena anak jarang bermain bersama, kurangnya sikap toleransi kurangnya bersosialisasi dengan teman terbatasi adanya belajar dirumah, emosi anak yang terkadang merasa bosan dan sedih, anak merasa rindu teman dan guru oleh karena itu hal itu pembelajaran daring berpengaruh pada perilaku sosialemosional anak. Analisis mengenai berkurangnya kemampuan sosial emosial anak dengan berbagai sebab sudah banyak dilakukan oleh penelitian terdahulu, namun analisis berkurangnya kemampuan sosial anak yang disebabkan oleh pembelajaran daring karena adanya pandemic covid-19 belum banyak dilakukan. Analisis mengenai berkurangnya kemampuan sosial emosional anak dalam penelitian terdahulu disebabkan oleh berkurangnya intensitas anak dalam bergaul atau bermain dengan teman sebaya. Anak akan menjadi canggung dalam pergaulan disekolah dan sulit untuk melakukan hubungan sosial yang baik.